Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan Menkeu

Makanya baca dulu sebelum mengkritik ya.

Seorang pengamat ekonomi asal Hong Kong, Jake Van Der Kamp, menganggap Presiden Joko Widodo telah membohongi masyarakat, terutama Indonesia. Hal ini terkait pernyataan Presiden Jokowi yang menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 berada di posisi ketiga level dunia, yakni mencapai 5,02 persen, setelah India dan China.

Jokowi memaparkan data tersebut secara berulang kali. Salah satunya saat Kongres Ekonomi Umat 2017 yang diadakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, akhir April lalu. Van Der Kamp menganggap ucapan Presiden Jokowi tak berdasar dan tanpa fakta. "Ketiga di dunia, benarkah? Dunia yang mana?" kata dia dalam opininya yang dimuat South China Morning Post. 

Van Der Kamp bandingkan pertumbuhan negara-negara di atas Indonesia.

Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan MenkeuSouth China Morning PostTak tanggung-tanggung, untuk membuktikan pernyataan Presiden Jokowi salah, Jake memberikan perhitungannya sendiri. Menurut dia, ada 13 negara dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5,02, melampaui Indonesia. Di antaranya India (7,5); Laos (7,4); Myanmar (7,3); Kamboja (7,2); Bangladesh (7,1); Filipina (6.9). Berikutnya ada China (6,7); Vietnam (6,2); Pakistan (5,7); Mongolia (5,5); Palau (5,5); Timor-Leste (5,5); dan Papua Nugini (5,4).

Baca juga: Disindir Bodoh, Balasan dari Menteri Susi Keren Banget!

Indonesia berada di posisi buntut.

Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan Menkeuliputan6.comVan Der Kamp mengelompokkan lagi perhitungannya berdasarkan negara-negara dengan jumlah populasi 200 juta orang untuk dibandingkan dengan Indonesia. Ada enam negara di dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding Indonesia. Artinya, Indonesia tidak berada di posisi ketiga dunia, tetapi justru berada paling buntut setelah India, China, dan Pakistan.

Ketika dikerucutkan lagi menjadi negara-negara yang memiliki populasi 100 juta penduduk, Indonesia tetap tak terlihat ada di posisi ketiga. Van Der Kamp pun menyindir Presiden Jokowi. "Bagus, Joko. Jangan biarkan fakta menghalangi cerita yang bagus."

Posisi ketiga di antara negara anggota G20.

Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan MenkeuKumparan.comPresiden Jokowi menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi ketiga bila disandingkan dengan negara-negara anggota G20. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 mencapai 5,02 persen, lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hanya 4,88 persen.
Pertumbuhan ini diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 12.406,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 47,96 juta atau 3.605,1 dolar AS. Sedangkan, berdasarkan laporan tahunan G20, Indonesia memang berada dalam posisi ketiga setelah China dan India.

Menteri Keuangan Sri Mulyani turut geram.

Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan Menkeuflickr.comMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tampak gemas membaca opini Van Der Kamp. Ia memintanya untuk membaca dan melihat data ekonomi Indonesia terlebih dahulu sebelum beropini. Dilansir dari Kumparan, ia menegaskan pernyataan Presiden Jokowi bukan kebohongan atau kekeliruan. "Beliau (Jokowi) mengatakan dalam negara-negara G 20 emerging market," kata Sri Mulyani.

Sri menjelaskan pertumbuhan ekonomi India mencapai 8,4 persen; China 6,7 persen; dan Indonesia 5 persen pada kuartal pertama 2016. Kuartal II, pertumbuhan ekonomi India 7,3 persen; China 6,7 persen; dan Indonesia 5,1 persen. Sedangkan, kuartal III India mencapai 7,2 persen; China 6,7 persen; dan Indonesia 5 persen. Kuartal terakhir, India tumbuh sebesar 7,2 persen; China 6,8 persen; dan Indonesia 4,9 persen.

Presiden Jokowi targetkan pertumbuhan 6 persen pada 2018.

Pertumbuhan Ekonomi Versi Jokowi Dianggap Palsu, Ini Pembelaan Menkeufacebook.com/jokowi.indonesiarayaPresiden Jokowi menargetkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4 hingga 6,1 persen pada 2018 mendatang. Dia meminta semua kementerian bekerja keras dan melakukan langkah konkret, bukan bekerja berdasarkan rutinitas.

Baca juga: Patung Lilinnya Diresmikan, Jokowi Ajukan Permintaan Ini
 

Topik:

Berita Terkini Lainnya